Mengenal Jenis Baterai Smartphone

July 10, 2016
 Kebutuhan baterai untuk kebutuhan teknologi nirkabel dan portable semakin meningkat. Teknologi baterai kini pun semakin berkembang, dari baterai yang dulunya menggunakan baterai kering yang tidak bisa diisi ulang daya, kini teknologi rechargeable baterai semakin memudahkan dan memurahkan biaya untuk peralatan nirkabel, elektronik, termasuk ponsel. Saat ini, telepon seluler kebanyakan memakai baterai Li-Po.

Tapi, tahukan teman - teman bahwa dulu ponsel mamakai baterai NiCd atau NiMh. Namun, karena teknologi sudah semakin maju, ponsel kini memakai baterai yang lebih modern dan efisien. Tahukah perbedaan antara baterai Li-Po, Li-Ion, NiCd, dan NimH ?

Mari kita lihat perbedaannya.


1. NiCd (Nickle Cadmium)

nicd
NiCD Baterai
Baterai NiCd merupakan singkatan dari Nickel Cardinium Battery dan memiliki kapasitas yang paling besar dan merupakan baterai rechargeable yang paling tua. Dahulu, ponsel - ponsel menggunakan baterai jenis ini dan sekarang mulai tergusur karena baterai NiCd berat dan bentuk fisiknya besar. Perawatan dari baterai ini juga cukup merepotkan karena kita diharuskan untuk men-charge atau mengisi ulang baterai ini dalam keadaan yang benar - benar kosong.

Baterai NiCd juga memiliki memori effect permanen sehingga jika baterai jenis ini tidak di-charge dengan cara yang benar, lama - kelamaan akan menurunkan kapasitas dari baterai ini dan akhirnya akan mati total.

Kelebihan baterai generasi pertama ini mempunyai kemampuan dalam menangani beban tinggi. Selain itu, baterai NiCd 5 kali lebih cepat di-charge dibandingkan dengan baterai NiMh atau 20 kali lebih cepat daripada baterai Lithium. Hanya saja, baterai NiCd ini mempunyai kapasitas simpan yang rendah. Ratio daya/berat yang lebih rendah dan efek memory. Selain itu, baterai NiCd yang telah di-charge dapat kosong dengan sendirinya (self discharging) walaupun tidak dipakai, Sekitar 22% energinya hilang dalam 24 jam.

2. NiMH (Nickel Metal Hydride)

nimh
NiMH Baterai
Generasi selanjutnya dari baterai rechargable adalah baterai jenis NiMH (Nickle Metal Hydride). Baterai jenis ini merupakan generasi yang lebih ramah lingkungan serta memiliki fisik yang lebih ringan dan kecil dibandingkan dengan baterai NiCd. Meskipun terbilang ramah lingkungan, tetap saja kita tidak diperbolehkan membuang baterai ini sembarangan karena ada proses khusus untuk mendaur ulang baterai ini. Untuk pengisian daya dari baterai ini hampir sama dengan baterai NiCd, yakni sebaiknya melakukan pengisian ulang disaat baterai benar - benar dalam keadaan kosong.

Baterai NiMh dapat menyimpan energi 2x lebih banyak dibandingkan dengan baterai NiCd. Self discharging baterai NiMH ini lebih kecil dibandingkan baterai NiCd, tergantung dari tipenya, sekitar 16% energi akan hilang dalam 24 jam. Bahkan, dapat diisi ulang ketika baterai benar - benar dalam keadaan kosong. Namun, efek yang mungkin ditimbulkan, baterai ini akan cepat habis dan akan kembali memiliki performa seperti semula saat kita telah mengabiskan baterai dan mengisinya kembali. Sampai saat ini, baterai jenis NiMH masih sering ditemukan di pasaran, terutama untuk ponsel - ponsel yang menengah ke bawah.

3. Li-Ion (Lithium Ion)

liion
Li-Ion Baterai
Dibandingkan dengan 2 generasi sebelumnya, tipe baterai Li-Ion tidak lagi memiliki memory effect. Jadi, kita bisa mengisi ulang tanpa menunggu baterai sampai habis. Namun, Li-Ion memiliki "life cycle" yang lebih pendek. Bahkan, apabila di-charge secara berlebihan, baterai Li-Ion akan menurun kemampuannya dibandingkan dengan NiCd ataupun NiMH.

Li-Ion (Lithium Ion) adalah jenis baterai ponsel yang banyak digunakan oleh smartphone keluaran terbaru saat ini. Pertanyaannya adalah : kenapa banyak yang menggunakan baterai jenis ini, dan meninggalkan jenis baterai sebelumnya ?

Dalam tren teknologi ponsel, perkembangan selalu menuju ke perangkat yang lebih kecil, lebih tipis, dan lebih ringan. Karena itu, hal inilah yang membuat mereka berpindah ke baterai jenis Li-Ion. Baterai Li-Ion menjawab kebutuhan tren tersebut, karena baterai ini mampu menyimpan energi lebih banyak dengan ukuran yang lebih kecil dan ringan.

Untuk perbandingan lebih detail, Li-Ion mempunyai daya simpan yang besar, mampu menyimpan 150 watt-hours di dalam 1 kilogram baterai. Sementara NiMH hanya mampu menyimpan 60 - 70 watt-hours/kilogram.

Karena perbedaan yang cukup signifikan ini, banyak vendor ponsel lebih memilih Li-Ion. Selain itu, baterai tipe ini tidak memiliki 'memory effect', yang mana bearti proses charging hanya menambah penyimpanan energi. Pada baterai jenis sebelumnya, proses charging sebenarnya melakukan 2 tahap, discharge completely, mengosongkan semua isi dari baterai terlebih dahulu, lalu re-charging. Hal ini bearti proses charging Li-Ion membutuhkan waktu yang lebih sedikit daripada NiMH atau jenis baterai sebelumnya.

Selain kelebihan yang disebutkan diatas, Li-Ion juga memiliki kekurangan. Namun, dengan catatan kekurangan ini bukan muncul apabila dibandingkan dengan jenis - jenis baterai sebelumnya. Kemampuan baterai ini akan menurun setelah meninggalkan atau masanya diperkirakan sekitar 3 tahun dari tanggal pembuatan, meskipun baterai tersebut tidak digunakan.

Semua jenis baterai yang rechargeable mengalami penurunan dalam hal kapasitas penyimpanan energi, yang mana hal ini berpengaruh pada berapa lama masa pemakaian baterai tersebut. Istilah teknisnya Self-Discharge. Pada jenis baterai Li-Ion besarnya Self-Discharge sekitar 5% perbulan, sedangkan pada NiMH 20% per bulan. Dari hal ini, bisa diketahui bahwa Li-Ion memiliki masa pemakaian lebih lama.

4. Li-Po (Lithium Polymer)

lipo
LiPo Baterai
Generasi terbaru dari baterai sel sekunder adalah beterai jenis Polimer Ion baterai-Lithium, Lithium Ion Polimer, atau lebih umum dikenal dengan nama Lithium Polymer (disingkat Li-Poli, Li-Pol, LiPo, LIP, PLI, atau LiP). Biasanya baterai ini terdiri dari beberapa sel sekunder yang identik di samping pararel untuk meningkatkan kemampuan pengisian baterai saat ini.

Tipe ini telah berevolusi dari teknologi baterai Lithium-Ion. Perbedaan utama adalah bahwa Lithium - salt elektrolit, tidak ditempatkan dalam organic solvent, tetapi dalam polimer padat komposit, misalnya polietilen oxide atau polyacrylonitrile. Lithium-Ion baterai Polimer mulai muncul dalam peralatan elektronic konsumen sekitar tahun 1996.

Selain ramah lingkungan, keunggulannya diatas beterai Li-Ion, untuk perawatan baterai LiPo tak jauh berbeda dengan baterai Li-Ion. Namun, penanganannya harus ekstra hati - hati mengingat sifantnya yang cukup 'Liquid' dengan tekanan cukup keras bisa menyebabkan bentuk baterai berubah.

Kelemahan Li-Po justru mengharuskan kita mengisi ulang baterai sebelum ponsel mati dengan sendirinya. Atau sebisa mungkin, ketika ponsel memberikan peringatan baterai lemah. Jika tidak, ponsel akan susah untuk diaktifkan, karena baterai ponsel belum pulih sepenuhnya.

Semoga bermanfaat.

Sumber: Majalah Pulsa edisi 325 Th XII/2015/09 - 22 Desember 2015

Artikel Terkait

Previous
Next Post »

Silahkan tinggalkan komentar EmoticonEmoticon